Senin, 29 April 2013

Stasiun Sepanjang, Kebanggaan Warga Taman

Ketika mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya, saat ujung dedaunan meneteskan embun yang jernih, terngiang jelas sesahutan kokok ayam mengiringi keindahan pagi. Tak lama setelahnya orang-orang berbondong-bondong, mulai tua, muda hingga anak-anak bergegas menuju tempat tugas mereka. Entah sekolah, pabrik, kantor, terminal, pasar hingga warung kopi. Bak film yang baru diputar, semua menjalankan peran masing-masing. Penjual melayani pembeli, ibu memakaikan baju seragam anaknya, sopir angkutan umum yang menjalankan pelan mobilnya berharap ada(lagi) yang mau menumpang, hingga siapapun yang bisa saja terjebak macet di beberapa titik sambil menggerutu.

Suasana pagi diatas bisa dengan mudah kita temukan di belahan sudut kota manapun. Tak terkecuali di Taman, rutinitas pagi yang kental akan hiruk pikuk kendaraan sangat khas terasa di beberapa sudut kecamatan. Salah satu titik dengan nuansa berbeda adalah jalan Ir. Anwari Wonocolo arah Pasar Taman. Di tempat ini terdapat Stasiun Sepanjang yang menjadi salah satu pusat keramaian di setiap pagi dan jelang sore. Meski berkapasitas kecil, Stasiun kebanggaan masyarakat Taman ini sudah terlihat sibuk sejak matahari mulai terbit.

Para Tukang Becak di Depan Stasiun Sepanjang


Sekilas tidak ada yang salah dengan foto diatas, Namun jika diamati lebih jauh ada kejanggalan yang bisa ditemukan. Ya, "Sepanjang" bukan "Taman". Memang salah satu ciri khas Taman adalah dominasi kata Sepanjang daripada Taman itu sendiri. Padahal jika menilik konteks artikulasi jelas Taman adalah wilayah yang mencakup Sepanjang di dalamnya, tapi karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat Taman sendiri, sehingga kurang pas rasanya menyebut Taman tanpa Sepanjang.


Foto Stasiun Sepanjang dari Kejauhan

Stasiun yang dilewati kereta api jurusan kulonan ini konon adalah bangunan tua peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Masih menurut cerita, stasiun ini sempat dinonaktifkan bertahun-tahun hingga akhirnya direnovasi dan digunakan kembali. Dahulu, banyak pedagang kaki lima yang berjualan di halaman stasiun, namun kini sudah tidak ada lagi seiring ditertibkannya tempat ini oleh pihak berwenang beberapa waktu yang lalu.

Keberadaan stasiun ini cukup strategis, kurang lebih 100 meter dari terminal dan pasar Taman membuatnya tetap ramai sepanjang hari. Ditambah lagi, ketika hari mulai sore, banyak pedagang mulai menggelar barang dagangannya di kompleks Jl. Ir. Anwari(tepat disebelah timur stasiun). Tak sedikit warung makan yang sajiannya selalu menggugah selera dan layak untuk dicoba. Selain itu, banyak pula penjual kelengkapan alat rumah tangga sehari-hari.

Beberapa tahun yang lalu saat Persebaya Surabaya masih bermain di kompetisi elit Liga Sepak Bola Indonesia, banyak Arek Taman yang memanfaatkan Stasiun Sepanjang untuk sarana menuju ke tempat Persebaya berlaga. Entah di Surabaya ataupun di luar kota. Wajar saja, karena banyak diantara anak muda Taman yang mejadi pendukung Persebaya(Bonek). Namun kini seiring merosotnya kiprah Persebaya di kancah persepakbolaan Indonesia, ditambah kehadiran Deltras Sidoarjo, sudah hampir tidak terlihat lagi kehebohan Bonek dari Taman saat Persebaya berlaga di Surabaya ataupun diluarnya.

Itulah sekelumit penggalan kisah dari Stasiun Sepanjang, stasiun kebanggaan masyarakat Taman. Keberadaannya akan selalu dikenang, meski berusia sangat tua, namun bangunannya akan terus berdiri kokoh dan menjadi saksi sejarah perkembangan kecamatan Taman

 

Rabu, 24 April 2013

Rawon Bu Lilik, Antara Cita Rasa dan Perjuangan

Sebelumnya Admin mau sapa dulu bagi siapa saja yang sudah mampir dan sudah meluangkan waktu membaca tulisan di blog ini, terima kasih perhatiannya. Blog ini Admin buat khusus untuk menuliskan apapun informasi tentang Kecamatan Taman, tujuannya untuk saling berbagi, khususnya berbagi informasi, dari dan untuk masyarakat Taman ^_^

Untuk postingan awal ini, Admin memilih judul mengenai salah satu diantara banyak warung makan di bilangan Kecamatan Taman. Karena ini adalah postingan awal (postingan pertama ada 3 tahun yang lalu), sedangkan hampir semua warung makan bukanya juga awal-awal, tepatnya awal pagi hari, apa hubungannya ya? hubungannya ya sama-sama muncul di awal, muehehe. 

Masih mengenai "awal", setiap awal pagi hari jalanan di seputaran Taman selalu nampak kendaraan yang berlalu lalang dengan wajah pengendara yang kurang begitu berseri, hehehe kenapa? karena kemacetan sudah siap menunggu mereka ^_^. Yup, bak kota metropolitan, (ciee metropolitan ciee) Taman merupakan kecamatan yang lumayan sibuk setiap paginya, wilayah strategis didukung masyarakatnya yang produktif merupakan alasan utama kecamatan ini sering dilanda kemacetan, baik pagi hari hingga sore hari. nah lho ^_^.

Dampak dari kemacetan inilah yang membuat para pedagang khususnya penjual makanan banyak membuka "gerai"-nya di awal-awal pagi. Tentu sasaran utamanya adalah mereka yang tak sempat menikmati sarapan pagi dirumah karena takut jadi korban kemacetan di jalan raya Taman. Banyak sekali warung-warung makan yang bisa dijumpai di sepanjang jalanan Kecamatan Taman. Salah satunya warung Rawon Bu Lilik yang berada tepat di sebelah timur Kantor Kecamatan.

Warung Rawon Bu Lilik
Warung Rawon Bu Lilik yang nampak Sederhana
Sekilas, tampak tidak ada yang spesial dari Warung Rawon Bu Lilik, bahkan tidak ada banner atau istilahnya "keber" yang menunjukkan identitas menu yang dijual. Namun jangan salah dengan menu yang disajikan di dalamnya, meski tampilannya sederhana tapi rasanya maknyus, luar biasa. Warung ini sudah buka sejak matahari mulai menampakkan sinarnya, sekitar pukul setengah 6 pagi.


Mereka yang sering mampir ke Warung Bu Lilik kebanyakan para karyawan yang berangkat pagi, selain itu juga banyak ibu-ibu rumah tangga yang ingin sekedar membeli lawuh (ikan) tanpa nasi untuk sarapan anak-anak mereka sebelum berangkat ke sekolah. Bahkan tidak jarang juga para pegawai Kecamatan yang memilih sarapan pagi ke tempat Bu Lilik.

Selain tempatnya yang mudah di jangkau dan lumayan strategis, faktor lain yang membuat warung Bu Lilik ramai adalah variasi menu yang dihidangkan cukup menggugah selera. Mulai dari rawon, krengsengan kikil, nasi campur dan yang tak kalah lezatnya adalah pecel khas buatan Ibu yang asli kelahiran Bebekan ini. Semua menu yang disajikan cocok dengan lidah masyarakat Taman, itulah yang membuat warung Bu Lilik ramai dikunjungi pembeli tiap harinya.

Bu Lilik saat menjaga warungnya
Bu Lilik dengan kesederhanaannya
Menurut Bu Lilik, tidak ada resep khusus dalam memasak makanan yang dijualnya. Ia menceritakan rahasianya hanya memilih bahan terbaik, khususnya daging. Ia rela membeli daging yang lebih mahal asal dagingnya bagus dan sehat, tidak asal pilih. Selanjutnya daging-daging yang dibeli di pasar Sepanjang itu dipilihnya lagi untuk dikelompokkan sesuai menu, antara krengsengan dan rawon misalnya, tidak boleh sama, semua ada kriterianya.

Mulai dari membeli bahan mentah di pasar, mengolahnya, mempersiapkan peralatan dan lainnya semua dilakukannya sendiri (zuperrr ^_^). Ia melakukan itu semua sendirian karena belum menemukan teman yang cocok untuk menemaninya berjualan. Selain pekerja keras, Bu Lilik juga sangat baik dan humoris, sehingga seringkali terjadi percakapan yang panjang dengan pembelinya, sssttt, kadang Bu Lilik juga suka cerita tentang masa lalunya, eits tunggu dulu, bukan masa lalu masa mudanya, tapi masa lalu tentang sejarah di dekat area ia berjualan.

Bu Lilik adalah salah satu contoh masyarakat asli Sepanjang(baca: Taman) yang pekerja keras dan tak kenal lelah. Dan warung Rawon miliknya juga salah satu potret tempat kuliner di Kecamatan Taman yang jumlahnya buanyakkk, tentu dengan keunggulan kesan dan cita rasa masing-masing. Menilik usia Bu Lilik yang tak muda lagi, dan mau tetap berjuang mengais rezeki, melakukannya sendirian setiap harinya, tentu wajib kita contoh semangatnya.

Jika diperhatikan, semua yang dilakukan Bu Lilik tampak mudah baginya. Seakan semudah membalik telapak tangan. Senyumannya dan kesabarannya melayani setiap pembeli mampu menyembunyikan lelah, perjuangan dan pengorbanannya. Seperti apa yang dilakukan Bu Lilik, apapun yang kita lakukan saat ini, kesibukan kita, pekerjaan dan rutinitas kita akan sangat mudah dijalani jika kita melakukannya dengan ikhlas dan terbiasa. Ya, memang semua pekerjaan akan menjadi mudah karena terbiasa. Kesulitan sejatinya hanyalah tantangan untuk kita lebih baik dari sebelumnya. Perjuangan dan pengorbanan hari ini akan berganti dengan senyum kebahagiaan kelak. Semangaaaat ^_^